Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3 Modul 1 - Modul 4

Sindu
By -
0

Artikel ini berisi rangkuman dari isi modul 1 sampai modul 4 dalam buku UT SKOM4330 Teknik Mencari dan Menulis Berita Edisi 3!

Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3 Modul 1 - Modul 4

Tentang Mata Kuliah

Edisi 3 / 3 SKS / Modul 1-9 

411 halaman

Mata kuliah Teknik Mencari dan Menulis Berita membahas tentang dunia jurnalistik dan profesi wartawan, pengertian berita, unsur-unsur penting dan menarik untuk dijadikan berita, teknik menggali dan mengidentifikasi sumber berita, teknik persiapan, pelaksanaan, dan permasalahan wawancara, berbagai bentik kegiatan reporting, prinsip dasar gaya penulisan berita, penulisan judul, teras berita dan tubuh berita dan diakhiri dengan bahasan tentang penulisan jurnalistik dan penerapannya. Melalui Mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk dapat menganalisis suatu berita.


Rangkuman SKOM4330 Modul 1

Kegiatan Belajar 1

Surat kabar memang merupakan bentuk media massa yang tertua. Wajarlah apabila pendidikan jurnalisme pada awalnya disebut pendidikan persuratkabaran. 

Mengingat sejarahnya yang demikian, pembahasan jurnalisme selalu bertolak dari media cetak.

Bahkan, pelatihan jurnalisme untuk awak media elektronik harus pula dari pemahaman tentang media cetak. Tak sedikit dari mereka justru direkrut dari media cetak.

Secara akademis, jurnalisme dipelopori oleh Karl Bacher di Universitas Bazle, Swiss. Kemudian, ada pula Max Weber yang mengamati hubungan kekuatan modal dan redaksi serta menyimpulkan adanya pertentangan abadi antara keduanya. Ia pula yang menyinggung prinsip anonimitas dan by-line dalam penulisan berita. Cara by-line membuat penulis menjadi terkenal dan pemilik modal merasa terancam karena popularitas surat kabar tergantung popularitas wartawan atau penulis.

Amerika Serikat, dengan tokohnya Joseph Pulitzer, memelopori lahirnya School of Journalisme di Universitas Columbia, New York. Lembaga ini berdiri pada 1912 atau setahun setelah Pulitzer wafat. Amerika menekankan kewartawanan adalah sebuah pekerjaan yang perlu dukungan ilmu yang mapan, bukan sekadar pekerjaan teknik kelas tukang. Selain bakat, untuk menjadi wartawan yang baik perlu pendidikan yang baik.

Definisi jumalisme sangat beragam, tetapi selalu bermuara pada proses pencarian berita, pengolahan, lalu penyebaran. Undang-undang Nomor 40/1999 tentang Pers menjelaskannya lebih perinci. Dalam Pasal 1 ayat 1, dijelaskan apa itu pers sekaligus apa itu kegiatan jurnalisme. Produk-produk jurnalisme (lagi-lagi untuk media cetak) dapat dipilah sebagai news (berita) dan views (pandangan atu pendapat).

Jenis tulisan news meliputi straight news dan feature news. Adapun jenis views muncul dalam bentuk editorial, special article, column, dan feature article. Yang termasuk dalam views ini adalah karikatur, pojok humor, dan surat pembaca. Dalam hal views, media memerlukan tulisan dari luar, seperti surat pembaca, press release, dan artikel, baik berupa kolom, opini, maupun feature.


Kegiatan Belajar 2

Pers dan jurnalisme mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan merupakan suatu kesatuan. 

Pers sebagai lembaga media komunikasi massa tidak akan berguna apabila sajiannya jauh dari prinsip-prinsip jumalisme. Sebaliknya, karya jurnalisme tidak akan bermanfaat tanpa disampaikan oleh pers sebagai medianya. Pers adalah lembaga media untuk menyampaikan karya jurnalisme dalam bentuk apa pun kepada masyarakat luas.

Pers, dalam arti sempit, terbatas hanya pada kegiatan publikasi yang menggunakan media cetak, termasuk buku. Sementara itu, pers dalam arti luas memasukkan semua media massa komunikasi yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang, baik dengan kata-kata tertulis maupun dengan kata-kata lisan. Jadi, seiring perkembangan teknologi komunikasi, pers dallam arti luas mencakup seluruh kegiatan publikasi media apa pun bentuknya.

Fungsi pers tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi. Selain itu, masih ada fungsi yang mesti diemban pers, yaitu fungsi mendidik (tanggung jawab media dalam upaya mencerdaskan masyarakat), fungsi menghibur (memberi daya tarik media agar diminati masyarakat), dan fungsi koreksi atau kontrol sosial (terutama menyangkut kebijakan pemerintah dan penyimpangan di masyarakat).

Melihat UU Nomor 40/1999, Pasal 3, 4, 5, dan 6, dapat disimpulkan betapa pentingnya fungsi pers bagi negara dan betapa beratnya tanggung jawab seorang insan pers. Untuk menjadi sosok insan pers yang sesuai dengan fungsi pers, dapat ditempuh salah satunya dengan berpatokan pada sembilan elemen jurnalisme yang dirumuskan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel.


Kb 3

Menjadi wartawan yang profesional itu tidak mudah. Diperlukan syarat-syarat yang berat, yakni kecerdasan, kewaspadaan, rasa ingin tahu yang besar, perhatian yang besar terhadap masyarakat (terhadap apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan orang terhadap mereka). akal yang panjang (tidak mudah putus asa), kepekaan terhadap ketidakadilan, dan memiliki keberanian untuk berbeda pendapat dengan pihak yang berkuasa.

Bahkan, pada abad ke-21 yang sarat dengan kemajuan teknologi ini, profesionalisme wartawan memerlukan multikompetensi serta pemahaman lintas disiplin dan menguasai teknologi. Selain syarat tersebut, wartawan juga mesti siap menghadapi risiko bahwa jiwanya dan mungkin keluarganya bisa terancam.

Di tengah pujian akan peran dan tugas mulia seorang wartawan, iklim pers di Indonesia untuk sekian lama masih sering diwarnai berita-

berita miring. Profesi ini sering tercoreng oleh orang yang mengaku wartawan atau wartawan sungguhan, tetapi tidak menjunjung tinggi etika jurnalistik. Kode etik jurnalistik yang dirumuskan tahun 2006 dan kini menjadi payung etika wartawan Indonesia belum terlaksana dengan baik. Wacana standardisasi profesi wartawan pun mengemuka sebagai salah satu solusi.


Rangkuman SKOM4330 Edisi 3 Modul 2

Kegiatan Belajar 1

Ketika membahas sekitar jurnalisme, pikiran kita tentu akan langsung tertuju pada kata "berita" atau news. 

Lalu, apa itu berita? Berita adalah laporan (kemasan jurnalisme atau karya jurnalisme) mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang terbaru (aktual); serta laporan mengenai fakta-fakta yang aktual, menarik perhatian, dinilai penting. atau luar biasa. 

Pemahaman praktis mengatakan bahwa fakta informasi disebut berita setelah dikemas secara jurnalisme dan dipublikasikan media. News mengandung pengertian yang penting, yaitu dari kata new yang artinya adalah "baru". 

Jadi, berita harus mempunyai nilai kebaruan atau selalu mengedepankan aktualitas. Dari kata news sendiri, kita bisa menjabarkannya dengan north, east, west, dan south. Bahwa si pencari berita dalam mendapatkan informasi harus dari keempat sumber arah mata angin tersebut.

Berita adalah hasil rekonstruksi tertulis dari realitas sosial yang terdapat dalam kehidupan. Itulah sebabnya ada orang yang beranggapan bahwa pembuatan berita lebih merupakan pekerjaan merekonstruksikan realitas sosial ketimbang gambaran dari realitas itu sendiri.

Intinya, sebuah peristiwa tidak akan pernah menjadi berita apabila tidak dilaporkan. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa kriteria untuk menilai apakah informasi, gagasan, atau peristiwa layak disebut berita dapat diukur dari pertanyaan berikut ini. 

(1) Apakah ada sesuatu yang baru? 

(2) Apakah ada hal yang luar biasa? 

(3) Apakah sesuatu itu penting? 

(4) Apakah ada yang menarik? 

(5) Apakah menyangkut kehidupan manusia?

Tidak semua kejadian pantas dilaporkan kepada publik atau khalayak. Pertengkaran antara suami-istri orang kebanyakan tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. 

Pekerjaan seorang dosen membimbing mahasiswa juga tidak perlu dilaporkan kepada khalayak. Mengapa? Selain merupakan peristiwa rutin, kedua peristiwa tersebut juga tidak memiliki nilai berita.

Nilai berita mengandung sejumlah unsur atau kriteria, di antaranya adalah aktual, adanya konflik, penting, menarik, unik, manusiawi, dan berpengaruh. Artinya, sebelum seseorang melaporkan sebuah peristiwa, ia perlu mengonfirmasikannya dengan kriteria-kriteria tersebut.


Kegiatan Belajar 2

Bahan dasar berita adalah realitas sosial dalam bentuk peristiwa. Karena peristiwa itu bermacam-macam, jenis-jenis berita pun bermacam-macam. 

Untuk memudahkan penggolongan jenis-jenis berita berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia, berita dibagi berdasarkan :

(1) sifat kejadian; 

(2) cakupan masalah; 

(3) lingkup pemberitaan; dan 

(4) sifat pemberitaan.

Ada juga yang membaginya berdasarkan cara penyampaiannya, yaitu 

(1) berita langsung; 

(2) berita ringan; dan 

(3) berita kisah. 

Berita langsung dibuat untuk menyampaikan kejadian-kejadian yang harus secepatnya diketahui publik. Prinsip strukturnya, seperti piramida terbalik, merupakan unsur-unsur terpenting dituliskan pada bagian pembukaan berita, berikutnya sekadar paparan dan penutup.

Sementara itu, berita ringan tidak mengutamakan unsur penting. Berita ini biasa ditemukan sebagai kejadian yang manusiawi dalam kejadian penting. 

Kejadian yang penting tersebut ditampilkan sebagai berita langsung, sedangkan yang menyangkut unsur manusiawi ditampilkan sebagai berita ringan. 

Adapun berita kisah ialah laporan mengenai kejadian yang dapat menyentuh perasaan ataupun menambah pengetahuan pembaca. Berita ini tidak berikat akan aktualitas sebab nilai utamanya terletak dalam unsur manusiawinya.


Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT Modul3

Kegiatan Belajar 1

Ada pengertian berita secara praktis, yaitu peristiwa/informasi, pendapat, yang dikemas secara jurnalisme kemudian dipublikasikan oleh media.

Pengemasan informasi menjadi karya jurnalisme dilakukan dengan menggunakan filter/saringan, yang terdiri atas hal-hal berikut ini. 

1. Dasar-dasar pemberitaan yang meliputi faktualitas, aktualitas, kelengkapan, kejelasan, dan objektivitas.

2. Nilai-nilai berita: magnitude, timeliness, proximity, prominence, importance, impact atau consequence, conflict atau controversy. sensation, novelty-oddity atau the unsual, human interest, unique. dan sex.

3. Tatanan hukum dan kode etik: Undang-Undang Nomor 40/1999 tentang Pers, UU Nomor 32/2002 tentang Penyiaran, dan kode etik jurnalisme.

4. Politik pemberitaan: aturan redaksional yang berlaku secara intern perusahaan.

5. Wartawan Indonesia harus memperjuangkan pelaksanaan kode etik dengan maksimal, bahkan harus mengalahkan hukum terhadap kesalahan jurnalisme. Jika terjadi kesalahan pemberitaan, cukup dilayani dengan penggunaan hak jawab, tidak perlu hukuman pidana.

Secara praktik, meski ketiga filter yang teratas sudah terpenuhi, lalu filter keempat melarangnya, naskah berita tidak dapat dipublikasikan. Ini berlaku pada media yang tidak independen. Media yang benar-benar independen, setelah ketiga filter sudah terpenuhi, naskah berita harus dipublikasikan.


Kegiatan Belajar 2

Bangunan berita (straight news) pada umumnya itu seperti piramida terbalik. Bagian yang besar dan penting ada di atas dari piramida terbalik itu. Bagian-bagian yang kurang penting berada di bawahnya.

Kelengkapan berita jumlahnya enam unsur yang harus ada dalam straight news ataupun feature. 

Keenamnya adalah what, who, where,  when, why, dan how. Bedanya, pada straight news, bagian terpenting harus didahulukan (direct lead). 

Sedangkan pada feature, bagian terpenting ditunda (delayed lead). Feature mengutamakan sistematika dan gaya bahasa serta mengutamakan unsur why dan how. Straight news mengutamakan isi, yakni unsur wher dan who.


Rangkuman SKOM4330 Edisi 3 Modul 4

Kegiatan Belajar 1

Setiap wartawan harus mampu menemukan dan menggali fakta sebagai bahan berita, kemudian menuliskannya menjadi laporan yang baik. Selanjutnya, barulah laporan itu disebarluaskan menjadi berita. 

Penggalian fakta selalu bertumpu pada enam pertanyaan kunci: apa, siapa, mengapa, di mana, kapan, dan bagaimana atau 5W+IH (what, who, why, where, when, dan how).

Banyak peristiwa yang bisa diangkat menjadi berita sepanjang memenuhi nilai-nilai berita. Sebagai pegangan dalam menilai sebuah peristiwa, selain nilai-nilai berita, wartawan juga dapat menggunakan daya tarik dalam berita (news interest). 

Berita juga menjadi layak apabila ada news peg atau cantolannya. Secara praktis, wartawan juga dapat berpedoman kepada 10 kriteria peristiwa layak berita yang digariskan olch Harcup dan O'Neill.

Wartawan selalu dituntut mengetahui tempat-tempat potensial munculnya bahan berita. Mulai dari agenda pejabat, seminar, kegiatan seni dan olahraga, hingga berbagai konferensi pers. 

Wartawan juga mesti menjalin hubungan dengan pihak-pihak (perusahaan PR/Ormas/LSM) yang secara resmi mendorong popularitas, baik untuk orang, produk, maupun lembaga. 

Tak kalah pentingnya adalah menjalin hubungan dengan informan dari berbagai kalangan, yang setiap saat sanggup memberikan informasi berharga.

Dalam memburu berita, lebih-lebih dalam menuliskannya, wartawan harus berpijak pada sudut pandang yang kuat. Sudut pandang sangat menentukan apakah berita itu memuaskan pembaca atau tidak. Setiap media senantiasa mengadu kecepatan, kelengkapan, dan sudut pandang.


Kegiatan Belajar 2 

Rapat redaksi sangat penting peranannya bagi keberlangsungan media. Dari sanalah pilihan-pilihan berita lahir. 

Dalam rapat redaksi itu, segala gagasan berita dan persoalannya dibahas untuk menghasilkan berita yang baik. Dibahas pula para narasumber kunci yang mesti ditembus. Rapat redaksi akan melahirkan lembar penugasan yang biasa dikenal term of references (TOR) atau kerangka acuan kerja (KAK).

Term of references kemudian diberikan kepada reporter atau tim lipetan serta bagian foto dan bagian riset dokumentasi. Setiap lembar penugasan/TOR sudah mencantumkan latar belakang masalah, sudut pandang yang akan ditulis, pertanyaan kunci dan narasumbernya, kebutuhan foto dan data pendukung, serta tenggatnya.

Setiap media memiliki agenda media yang akan mewarnai pemberitaan. Selain itu, media memiliki politik pemberitaan masing- masing. Gerak dalam meliput dan memberitakan akan dibatasi oleh dua hal tersebut. 

Dalam persiapan mencari berita, setidaknya ada enam langkah yang harus dilakukan: 

(1) miliki informasi awal secukupnya; 

(2) ajukan info awal ke atasan untuk dibahas dalam rapat perencanaan; 

(3) dapatkan sudut pandang tulisan yang diharapkan; 

(4) pastikan peristiwa yang akan diliput; 

(5) pastikan narasumber yang akan ada di peristiwa; serta 

(6) menggali dan menuliskan semua data dan informasi.

Untuk menggali data, wartawan menempuh dua hal. Pertama, melalui pengamatan langsung (observasi): menyaksikan suatu peristiwa dengan mata kepala sendiri untuk mendapatkan data penting tentang kejadian. Kedua, wartawan mewawancarai orang-orang yang terlibat langsung dalam suatu kejadian.


Kegiatan Belajar 3

Sumber berita merupakan awal dari proses terjadinya berita. Dari wawancara dengan narasumber, wartawan tidak hanya melengkapi observasinya, tetapi juga mendapat tambahan informasi penting yang layak untuk disampaikan kepada pembaca. 

Wartawan wajib membina hubungan baik dengan narasumber dengan selalu menjunjung etika.

Wartawan dituntut selalu peka terhadap narasumber pilihannya. Seseorang bisa menjadi narasumber apabila ia adalah orang yang layak dipercaya atau kredibel, pihak yang berwenang, kompeten, dan orang yang berkaitan langsung dengan peristiwa. 

Meskipun demikian, dalam memilih narasumber, wartawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik nyata maupun tidak kelihatan atau tersembunyi.

Pengaturan mengenai hak tolak wartawan diatur dalam Pasal 4 ayat 4 KEJ, sedangkan kedudukan dan kredibilitas sumber berita diatur dalam KEJ Pasal 7.


Itulah ringkasan materi dari buku Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3 Modul 1 - Modul 4.

Next > Rangkuman SKOM4330 Edisi 3 Modul 5 - Modul 8

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!