Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3 Modul 5 - Modul 9

Sindu
By -
0

Rangkuman dari modul 5 sampai modul 9 dalam buku UT SKOM4330 Teknik Mencari dan Menulis Berita Edisi 3!

Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3 Modul 1 - Modul 4

Tentang Mata Kuliah

Edisi 3 / 3 SKS / Modul 1-9 

411 halaman

Mata kuliah Teknik Mencari dan Menulis Berita membahas tentang dunia jurnalistik dan profesi wartawan, pengertian berita, unsur-unsur penting dan menarik untuk dijadikan berita, teknik menggali dan mengidentifikasi sumber berita, teknik persiapan, pelaksanaan, dan permasalahan wawancara, berbagai bentik kegiatan reporting, prinsip dasar gaya penulisan berita, penulisan judul, teras berita dan tubuh berita dan diakhiri dengan bahasan tentang penulisan jurnalistik dan penerapannya. Melalui Mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk dapat menganalisis suatu berita.

Baca Rangkuman Modul 1-4 di sini


Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita Modul 5

Kegiatan Belajar 1

Wawancara adalah tugas rutin wartawan dalam pencarian informasi untuk pembuatan berita. Wartawan akan menanyakan secara detail, mendalam, dan mungkin memancing agar dapat diperoleh gambaran yang utuh tentang suatu peristiwa atau gagasan narasumber tentang suatu persoalan.

Informasi yang digali dalam wawancara dapat berupa fakta, latar belakang suatu masalah, atau gagasan. Oleh karena inti dari wawancara adalah tanya jawab, kemampuan indra pendengaran sangat penting. Wartawan akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh bahan berita yang berkaitan dengan kesan indriawi orang lain, atribut seseorang. pendapat, atau harapan seseorang.

Kadang-kadang wawancara dilakukan terhadap satu orang, tetapi jauh lebih sering dilakukan terhadap beberapa orang untuk satu topik. Tidak jarang pula wawancara dilakukan melalui telepon atau tertulis. 

Sementara itu, wawancara secara serempak dilakukan oleh beberapa media dalam konferensi pers atau wartawan menghadiri focus group discusion (FGD) dan simposium. Disarankan, selesai acara jumpa pers, wartawan melakukan wawancara tersendiri untuk pendalaman atau konfirmasi hal tertentu.

Dalam melakukan wawancara, yang paling penting diketahui adalah jenis wawancara, selain tujuan wawancara itu sendiri. 

Dengan batasan jenis dan tujuan itu, wartawan dapat menentukan jenis persiapan yang perlu dilakukan serta bagaimana memanfaatkan hasil wawancara itu dalam karya jurnalisme. Kegagalan wawancara justru sering terjadi akibat tidak jelasnya tujuan wawancara tersebut: apakah untuk mendapatkan kejelasan fakta atau sekadar menggali opini dari narasumber.

Kejelasan tujuan wawancara sangat penting agar persiapan, strategi, dan penggunaan hasilnya dapat efisien dan efektif. Kejelasan tujuan wawancara juga memudahkan reporter menentukan siapa atau pihak mana saja yang layak menjadi narasumber.

Penting sekali menentukan siapa yang akan diwawancarai dalam sebuah kasus atau peristiwa. Misalnya, siapa yang langsung terlibat dalam peristiwa itu? Siapa yang terkena akibat dari peristiwa itu (misalnya penggusuran)? Siapa yang bertanggung jawab atas kejadian peristiwa itu (misalnya jatuhnya pesawat X)?


Kegiatan Belajar 2

Sebelum wawancara dilakukan, persiapan perlu dilakukan sebaik mungkin. Jangan sampai wartawan mempermalukan diri sendiri, lebih-lebih lembaga, atau medianya karena ketidaksiapan akan membuat wawancara terganggu. Narasumber bisa marah atau kurang respek hingga tidak mau melayani wawancara secara maksimal.

Persiapan wawancara, selain meliputi persiapan peralatan wawancara yang harus tersedia dalam keadaan prima, juga persiapan yang meliputi pengenalan atas narasumber yang akan ditemui serta masalah yang akan digali.

Oleh karena itu, penting mengadakan penelitian "kecil-kecilan" mengenai orang yang akan dihadapi. Tanyakan kepada orang lain mengenai narasumber itu. Baca pola tulisan mengenai dirinya. 

Jika si wartawan berhadapan dengan orang terkenal, jangan ajukan pertanyaan sama seperti jurnalis lainnya yang sudah muncul. Ajukan dengan cara dan sudut pandang yang baru. Gunakan pula kekuatan internet untuk menggali data atau bicara dengan rekan jurnalis lainnya.

Selain mengkaji orang yang akan didatangi, wartawan juga sebaiknya meneliti topik yang akan dijadikan wawancara. Pengetahuan yang cukup mengenai topik wawancara akan membuat wartawan memiliki kredibilitas di mata narasumber. Semakin banyak hal yang diketahui mengenai topik yang akan dibicarakan, semakin baik liputannya.

Kepada narasumber, wartawan harus menginformasikan tujuan wawancara dan jenis informasi yang harus diperoleh. Wartawan harus juga menyiapkan mental untuk menghadapi situasi dan karakter narasumber, membaca berita terakhir, memprediksikan ke arah mana wawancara akan berkembang, merancang pertanyaan sebagai panduan, dan akhirnya harus membuat janji wawancara dengan narasumber.


Kegiatan Belajar 3

Pada saat wawancara dilakukan, seorang reporter haras memperhatikan beberapa hal penting, yaitu 

(1) tipe pertanyaan serta cara menanyakannya; 

(2) struktur dan tema pokok masalah atau tujuan yang ingin dicapai: 

(3) mencatat setiap jawaban dengan tepat dan cepat; serta 

(4) jika menggunakan media telepon, ia harus memahami etika berbicara via telepon. 

Seorang reporter harus mampu mengatasi gaya atau cara berbicara sumber yang kurang atau bahkan tidak komunikatif. 

Pada saat yang sama, reporter harus memahami tipe-tipe wawancara yang dilakukannya, seperti wawancara untuk features, berita investigasi, dan berita interpretasi.

Selama wawancara, ada beberapa hal yang harus dilakukan wartawan, yaitu 

(1) menjaga suasana:

(2) bersikap wajar; 

(3) memelihara situasi; 

(4) tangkas menarik kesimpulan: 

(5) menjaga pokok persoalan; 

(6) menjaga sopan santun; dan 

(7) bersikap kritis. 

Sementara, sikap yang mesti dilakukan wartawan saat pelaksanaan wawancara adalah 

(1) datang tepat waktu; 

(2) memperhatikan penampilan; 

(3) datang dengan persiapan dan pengetahuan masalah; 

(4) kemukakan maksud dan tujuan pada narasumber: 

(5) jangan menggurui; 

(6) menjadi pendengar yang baik; serta 

(7) mempersiapkan catatan

Dalam pelaksanaan tugas wawancara, wartawan tidak selalu mendapat informasi yang diperlukan. Sering ada hambatan yang datang dari narasumber. Ada narasumber yang irit dalam memberikan jawaban karena enggan atau belum terbiasa. 

Sebaliknya, ada narasumber yang banyak bicara, tetapi kurang berisi sehingga sesungguhnya tidak banyak informasi yang bisa digali. Bahkan, mungkin ada distorsi informasi yang sengaja disampaikan narasumber untuk menonjolkan dirinya.

Wartawan harus menemukan cara untuk mengatasi berbagai hambatan dalam wawancara. Narasumber yang hemat bicara atau hanya no comment bisa didekati dengan mengubah pertanyaan dan cara bertanya. 

Sementara itu, narasumber yang bicara kepanjangan harus bisa dikendalikan ke pokok persoalan. 

Wartawan harus pintar pintar memotong jawaban narasumber yang di luar konteks. Sebaliknya, keinginan pribadi untuk pamer atau kebiasan latah dalam wawancara juga harus dihindari karena akan mengganggu.

Ajukan pertanyaan sejelas mungkin. Formulasikan pertanyaan dengan jelas, tetapi bukan berarti harus satu kalimat sederhana. Sebisa mungkin, hal itu dilakukan dengan pertanyaan langsung dan tepat. Wartawan harus memahami bahwa tidak semua narasumbernya pandai menangkap pertanyaan yang rumit. Wartawan dituntut untuk bisa mengubah-ubah gaya bertanya agar narasumber tidak bingung.’’


Ringkasan SKOM4330 Edisi 3 Modul 6 

Kegiatan Belajar 1

Pada dasarnya, reportase itu mengumpulkan fakta-fakta tentang unsur berita dari berbagai sumber dan kemudian menuliskannya dalam bentuk produk jadi (berita). 

Penggalian informasi ini membawa sang reporter melalui tiga lapisan peliputan. Lapisan pertama adalah fakta- fakta permukaan, seperti siaran pers. Lapisan kedua adalah upaya pelaporan yang dilakukan sendiri oleh si peliput. Lapisan ketiga adalah interpretasi (penafsiran) dan analisis.

Agar reporter tak melenceng dan membuat kesalahan yang merugikan pihak lain, dalam aktivitasnya reporter harus memperhatikan: 

(1) kode etik jurnalistik (KEJ); 

(2) doktrin kejujuran; 

(3) keseimbangan, yakni perlakuan adil terhadap semua pihak yang menjadi objek berita; 

(4) cek dan cek ulang lagi: 

(5) UU Nomor 40/1999 tentang Pers.

Sebuah liputan yang memadai harus memenuhi kualitas yang tinggi. Standar peliputan yang harus dipenuhi oleh semua reporter meliputi  delapan unsur, yakni 

(1) deskripsi; 

(2) profil sumber; 

(3) profil kelembagaan; 

(4) akurasi; 

(5) kutipan; 

(6) aspek visual; 

(7) keunikan laporan; dan 

(8) fokus pada sudut pandang.


Kegiatan Belajar 2

Reportase investigasi memang merupakan kegiatan peliputan yang mencari, menemukan, dan menyampaikan fakta-fakta adanya pelanggaran, kesalahan, atau kejahatan yang merugikan kepentingan umum atau masyarakat. 

Tujuannya adalah 

(1) mengungkapkan dan mendapatkan sebuah kisah berita yang bagus; 

(2) menjaga masyarakat untuk memiliki kecukupan informasi; dan 

(3) mengetahui adanya bahaya di tengah kehidupan mereka.

Istilah reportase investigasi diperkenalkan Nellie Bly yang bekerja sebagai reporter Pittsburgh Dispatch, AS, pada 1890. 

Ia menyusun laporan mengenai kehidupan orang-orang biasa dan orang kelas bawah dalam kehidupan sehari-hari. 

Ia sengaja bekerja di sebuah pabrik di Pittsburgh untuk menyelidiki kehidupan buruh anak yang bekerja dalam kondisi buruk.

Di Indonesia, reportase investigasi dipelopori harian Indonesia Raya yang dipimpin Mochtar Lubis (1922-2004). 

Sepanjang hidupnya, Indonesia Raya mengalami tujuh kali pemberedelan. Enam kali pada masa terbit pertama dan satu kali, tetapi fatal, pada masa terbit kedua. 

Selama masa terbit pertama, lima wartawannya pernah ditahan antara beberapa hari dan sebulan, sedangkan Mochtar Lubis ditahan rumah dan dipenjarakan hampir terus-menerus selama sembilan tahun.


Ringkasan SKOM4330 Modul 7

Kegiatan Belajar 1

Bahasa jurnalisme atau bahasa pers adalah bahasa tulisan dan lisan yang lazim digunakan untuk karya jurnalisme/pers, baik melalui media massa cetak, media massa penyiaran, maupun media massa alternatif. 

Bahasa sangat penting dalam jurnalisme. Jika bahasa yang digunakan tidak memenuhi tatanan bahasa Indonesia dan bahasa jurnalisme, isinya tidak akan dimengerti para pembaca, pendengar, dan penonton.

Berkaitan dengan bahasa jurnalisme, hal-hal yang perlu dipelajari adalah model alinea dan cara mengaitkan alinea. 

Model alinea mencakup alinea deduksi, induksi, alinea panjang, dan tanpa kalimat pokok. Sementara itu, cara mengaitkan alinea dapat dilakukan berdasarkan urutan isi, menggunakan kata kunci lama, kata kunci baru, dan teknik pancingan.


Kegiatan Belajar 2

Bahasa jurnalisme di Indonesia adalah Bahasa Indonesia yang disusun dengan teknik khusus, yang terpenting acap diringkas dengan istilah KISS: keep it short and simple. 

Dengan demikian, penekanannya pada kepadatan atau keringkasan, kejelasan, dan kelugasan.

Dalam upaya menyusun laporan jurnalisme, pemakaian kata penghubung yang tepat merupakan hal yang penting. Karena itu, harus dipahami perbedaan antara kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. 

Kata penghubung intrakalimat adalah kata penghubung yang menghubungkan bagian kalimat yang satu dengan bagian kalimat berikutnya di dalam satu kalimat. Sedangkan kala penghubung antarkalimat berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang lain (kalimat berikutnya).

Di samping itu, ekonomi kata dan logika, sangat perlu diperhatikan. Penggunaan kalimat yang ringkas, dengan menggunakan nalar (logika). dan kalimat mudah dimengerti serta komunikatif, mutlak diperlukan.


Rangkuman SKOM4330 UT Modul 8

Kegiatan Belajar 1

Terdapat beberapa jenis judul berita dan syarat-syarat pembuatan judul yang baik. Judul yang baik mesti diiringi dengan teras berita yang baik pula, lalu disambung dengan tubuh berita yang koberen. Penulis berita dapat memilih judul, teras, dan tubuh berita yang sesuai kebutuhan agar mampu menciptakan berita yang memikat pembacanya.


Kegiatan Belajar 2

Terdapat tiga model bangunan berita yang umum digunakan media massa: 

(1) piramida terbalik; 

(2) piramida biasa; dan 

(3) features. 

Masing-masing model menempatkan unsur terpenting sesuai dengan keperluannya. Dalam piramida biasa, romos 5W+H harus selalu ada dan disajikan secara lengkap. Juga harus dipilih unsur-unsur terpenting yang diutamakan dalam laporan. 

Sementara itu, dalam feature, bagian intinya disembunyikan atau ditunda dan dalam piramida biasa bagian intinya ditaruh di bagian akhir.


Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT  Modul 9 

Kegiatan Belajar 1

Terdapat karya jurnalisme selain berita, yakni karangan khas, tajuk rencana, pojok, dan artikel by line. Karangan khas sering ditampilkan oleh media massa yang tidak terbit tiap hari karena mampu mengawetkan berita, menyajikan berita lebih mendalam, dan menyenangkan. Karangan khas yang menarik acap diterbitkan kembali dalam bentuk buku.

Media massa memiliki ruangan khusus untuk menyampaikan pendapatnya yang disebut halaman pendapat. Tajuk rencana merupakan opini resmi dari media massa yang bersangkutan. 

Dalam hal ini, opini dari pengelola media massa dan pendukung modal atau organisasi yang berada di belakang media massa tersebut. Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa tajuk rencana sangat penting dan merupakan “jiwa" media massa.

Artikel by line adalah artikel yang mencantumkan nama penulisnya di dalam karangan, biasanya ditampilkan di halaman opini surat kabar atau majalah. 

Artikel jenis ini umumnya mengutarakan pendapat atau pandangan pribadi penulisnya, apakah itu penulis dari dalam media massa itu atau dari luar. Artikel yang rutin hadir di ruangan tertentu disebut kolom. 

Seperti karangan khas, artikel atas nama yang digemari orang sering diterbitkan menjadi buku, bahkan dicetak ulang berkali- kali. Artinya, karya jurnalisme bisa berumur panjang dan menjadi rujukan penting di kemudian hari.


Kegiatan Belajar 2

Terdapat karya jurnalisme selain berita, yakni karangan khas, tajuk rencana, pojok, dan artikel by line.

Karangan khas sering ditampilkan oleh media massa yang tidak terbit tiap hari karena mampu mengawetkan berita, menyajikan berita lebih mendalam, dan menyenangkan. Karangan khas yang menarik acap diterbitkan kembali dalam bentuk buku.

Media massa memiliki ruangan khusus untuk menyampaikan pendapatnya yang disebut halaman pendapat. 

Tajuk rencana merupakan opini resmi dari media massa yang bersangkutan. Dalam hal ini, opini dari pengelola media massa dan pendukung modal atau organisasi yang berada di belakang media massa tersebut. Banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa tajuk rencana sangat penting dan merupakan “jiwa" media massa.

Artikel by line adalah artikel yang mencantumkan nama penulisnya di dalam karangan, biasanya ditampilkan di halaman opini surat kabar atau majalah. Artikel jenis ini umumnya mengutarakan pendapat atau pandangan pribadi penulisnya, apakah itu penulis dari dalam media massa itu atau dari luar. 

Artikel yang rutin hadir di ruangan tertentu disebut kolom. Seperti karangan khas, artikel atas nama yang digemari orang sering diterbitkan menjadi buku, bahkan dicetak ulang berkali- kali. Artinya, karya jurnalisme bisa berumur panjang dan menjadi rujukan penting di kemudian hari.


Demikian rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT Edisi 3 Modul3 sampai 5.

Baca juga: Rangkuman BMP Public Speaking UT

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!