-->

Review Film "Women from Rote Island" (2024), Kisah Perempuan di Timur Indonesia

Simak ulasan review film "Women from Rote Island" berikut:

Film sebagai medium ekspresi seni sering kali menjadi cermin bagi realitas sosial, budaya, dan politik suatu masyarakat. Dalam konteks Indonesia, film-film telah menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengangkat isu-isu penting yang mungkin jarang terpublikasikan atau dibahas secara luas dalam media mainstream. Salah satu contohnya adalah "Women from Rote Island", sebuah karya terbaru yang menggugah dari sutradara Jeremias Nyangoen.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi film "Women from Rote Island" yang merangkum kisah perempuan dan kekerasan seksual di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Selain itu, kita juga akan membahas penggunaan aktor lokal dari NTT dalam film ini, serta dampak dan pesan yang ingin disampaikan oleh karya ini kepada penonton. Mari kita telusuri bagaimana film ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga sebuah medium yang mengajak kita untuk merenung dan berpikir lebih dalam tentang realitas sosial yang mungkin terabaikan.


Review Film "Women from Rote Island" (2024)

Review Film "Women from Rote Island" (2024), Kisah Perempuan di Timur Indonesia:

Setelah meraih beragam penghargaan di festival film internasional dan meraih predikat Cerita Film Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2023, akhirnya film "Women from Rote Island" tayang di bioskop Tanah Air.

Sinopsis film ini menceritakan tentang Orpa (diperankan oleh Linda Adoe), seorang ibu yang menunggu anaknya, Martha (diperankan oleh Irma Rihi), lebih dari seminggu sebelum menguburkan sang suami. Martha kembali dari Malaysia setelah menjadi pekerja ilegal dengan membawa trauma berat akibat kekerasan seksual. Ketika sedang bermain di hutan, Martha hampir menjadi korban pemerkosaan, memicu trauma masa lalunya. Namun, ia berhasil melawan dan membakar rumah tempat pelaku bersembunyi, yang kemudian membuatnya terlibat dalam penyelesaian secara adat dan mendapat hukuman berat.

Baca juga: Review film Godzilla vs. Kong: The New Empire (2024), Pertarungan Epik di Dunia MonsterVerse

Film ini menjadi wadah bagi Jeremias Nyangoen, sutradara dan penulis naskahnya, untuk mengangkat sekelumit kisah perempuan dan kekerasan seksual di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Dengan pengambilan gambar one take dan long shot, film ini membawa penonton masuk ke dalam keseharian karakter-karakternya dengan cara yang intim. 

Meskipun memiliki alur lambat, film ini tetap menarik berkat progresi plot yang dinamis dan penggambaran yang natural. Dialog yang mengalir mulus dan camerawork yang jempolan juga menjadi kekuatan film ini. Linda Adoe dan Irma Rihi tampil mengagumkan dalam memerankan karakter-karakter utama, menampilkan ketangguhan seorang ibu dan kekuatan seorang penyintas kekerasan seksual.

Dengan durasi 106 menit, "Women from Rote Island" berhasil menyelipkan unsur kebudayaan NTT dan isu-isu sosial, menjadikannya sebagai film yang mengangkat permasalahan-permasalahan perempuan dari Indonesia Timur dengan lantang.


Aktor lokal NTT

Keberhasilan "Denias, Senandung di Atas Awan" (2006) membawa Jeremias pada proyek terbarunya, yang mengangkat kebudayaan Pulau Rote dengan melibatkan aktor dan aktris lokal. Bahkan, "Women from Rote Island" menjadi debut panjang bagi tiga karakter utamanya, Linda, Irma, dan Sallum.

Review Film: Women from Rote Island

Semua aktor dalam film ini berasal dari Timur Indonesia. Jeremias menjelaskan bahwa penggunaan aktor dari Indonesia Timur, terutama NTT, adalah cara untuk memastikan bahwa karakter-karakter tersebut mampu menyampaikan dialog dan logat dengan tepat, serta mengungkapkan aspirasi dan isu-isu yang jarang terdengar dalam film-film mainstream Tanah Air.

Film ini merupakan contoh karya yang mengundang penonton untuk merenung, sambil mengungkap secara dekat realitas yang dihadapi korban kekerasan seksual dan kejahatan lainnya terhadap wanita. Bahkan, satu kasus dalam film berakhir tanpa kejelasan mengenai pelakunya, mencerminkan bahwa tidak semua kasus kejahatan terhadap perempuan dapat terselesaikan, ada yang hanya mengambang dan berlalu tanpa kejelasan.

"Women from Rote Island" bukan hanya sekadar hiburan atau representasi kehidupan, tetapi juga bertindak sebagai sarana untuk mempertegas kemanusiaan; memberikan pelajaran tanpa berniat menggurui.


Baca juga: Review Film A Man Called Otto (2023), Sebuah Perjalanan Emosional yang Menggetarkan Hati


Penutup:

"Women from Rote Island" bukan hanya sebuah film, tetapi juga sebuah cermin yang mencerminkan realitas kehidupan perempuan di daerah terpencil Indonesia Timur. Dengan penggunaan aktor lokal dan pengambilan gambar yang mengagumkan, film ini mampu mengangkat isu-isu sensitif seperti kekerasan seksual dan tantangan sosial lainnya dengan penuh empati dan kedalaman.

Melalui "Women from Rote Island", sutradara Jeremias Nyangoen berhasil tidak hanya menghibur penonton, tetapi juga menginspirasi mereka untuk lebih peduli terhadap isu-isu yang mungkin terabaikan dalam masyarakat. Dengan perpaduan antara keindahan alam Pulau Rote dan narasi yang kuat, film ini menjadi sebuah peringatan bagi kita semua bahwa perjuangan perempuan di daerah terpencil juga layak mendapat perhatian yang serius. Sebagai penonton, mari kita terus mendukung karya-karya seni yang mampu menjadi suara bagi yang tidak terdengar dan cermin bagi realitas yang mungkin terlupakan.

Tag: sinopsis dan Review film women from rote island 2024 explained Review film women from rote island 2024 full movie, Review Women from Rote Island (2023) ... February 22, 2024 

Demikian ulasan review film "Women from Rote Island" . Sudahkah kamu menontonnya?


0 Response to "Review Film "Women from Rote Island" (2024), Kisah Perempuan di Timur Indonesia"

Posting Komentar