-->

Ringkasan BMP Public Speaking Edisi 2 UT Modul 1 - Modul 8 (SKOM4312)

Simak Ringkasan BMP Public Speaking Edisi 2 dari Universitas Terbuka

Ringkasan BMP Public Speaking Edisi 2 UT Modul 1  - Modul 8 (SKOM4312)


Tentang Mata Kuliah SKOM4312 – Public Speaking

Hendriyani, Yohana Purnama Dharmawan

Edisi 2 / 3 SKS / Modul 1-9

500 hal.: ill.; 21 cm.

ISBN 9789790118515

Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015

DDC 23: 808.01

Mata kuliah ini membahas tentang teknik dan cara tampil di depan umum, mulai dari berbicara sebagai Master of Ceremony (MC), sebagai presenter televisi dan radio, pidato, hingga presentasi. Pembahasan diawali tentang sejarah dan perkembangan retorika, proses dan komponen komunikasi, teori komunikasi dalam public speaking, media massa, khalayak public speaking, persiapan presentasi, alat bantu presentasi, penulisan naskah presentasi dan diakhiri dengan ulasan mengenai evalusi public speaking. Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan untuk tampil sebagai komunikator yang baik dalam public speaking.


Rangkuman Public Speaking MODUL 1

Kegiatan Belajar 1

A. KEKUATAN PUBLIC SPEAKING

Istilah public speaking: situasi saat seseorang berbicara di depan umum, di hadapan orang dalam jumlah banyak. 

Berbicara di depan orang banyak, di depan publik, adalah situasi yang banyak terjadi di masyarakat. Kita tidak perlu menjadi pemimpin organisasi atau menjadi ketua kelompok tertentu untuk melakukan public speaking. Apa pun peran kita di masyarakat kita perlu memiliki keterampilan public speaking (PS). 

Keterampilan PS diperlukan untuk menyampaikan ide, mendiskusikan sesuatu, hingga melaporkan hasil kerja pada orang-orang lain. 

Public speaking adalah kemampuan berbicara di depan banyak orang, menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipercaya oleh publik pendengarnya. 

Peran Public Speaking (Hamilton, 2003: 3):

  • Mengembangkan diri pribadi
  • Mempengaruhi dunia sekitar kita / Dapat mempengaruhi orang lain
  • Meningkatkan karier

Keterampilan PS adalah keterampilan yang memiliki kekuatan untuk mengubah dunia kita dengan cara yang sederhana, tanpa kekerasan. 

PS bisa dipakai di semua bidang kehidupan.


B. PERSAMAAN PUBLIC SPEAKING DAN PERCAKAPAN

Dalam banyak hal public speaking memiliki persamaan dengan percakapan biasa (Lucas, 2007: 7-8). Beberapa persamaan itu adalah:

Penyampaian pesan PS maupun percakapan sama-sama disusun mengikuti logika, sistematis, dan tahap demi tahap agar pesan dapat dimengerti. 

Menyesuaikan isi dan cara penyampaian dengan rekan bicara atau publik kita. Saat kita melakukan PS, kita akan memakai cara yang berbeda saat berbicara dit depan remaja SMP dan saat di depan para guru SD.

Pesan disampaikan dengan tujuan mendapat dampak positif dan maksimal. 

Dalam percakapan ataupun dalam PS, pembicara harus dapat menyesuaikan apa yang disampaikan sesuai reaksi dari lawan bicaranya atau publik. Pembicara harus dapat mendengarkan masukan yang diberikan, dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Peka terhadap tata bahasa, ucapan, ekspresi wajah, dan reaksi fisik lawan bicara ataupun publik menyebabkan komunikasi menjadi efektif. Biasanya kita melakukan keempat hal di atas dalam percakapan sehari- hari tanpa berpikir lagi, melakukan dengan terampil dan mengalir begitu saja. 


C. PERBEDAAN PUBLIC SPEAKING DAN PERCAKAPAN

Terdapat tiga perbedaan utama antara public speaking dengan percakapan biasa (Lucas, 2007: 9). Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut. 

Pesan yang disampaikan melalui public speaking lebih terstruktur. 

Public speaking menggunakan tata bahasa yang lebih formal dibandingkan percakapan. 

Public speaking memerlukan metode penyampaian yang berbeda dari percakapan. Dalam public speaking kita perlu menyesuaikan volume dan intonasi suara agar dapat didengar jelas oleh seluruh publik. Kita harus menggunakan postur tubuh dan bahasa tubuh yang sopan serta menghindari kebiasaan buruk yang tidak enak dilihat oleh publik seperti menggaruk-garuk wajah atau mengetuk- ketukan jari ke meja.

Karena perbedaan-perbedaan di atas, kita perlu belajar cara PS dan terus berlatih untuk dapat menjadi pembicara PS yang efektif. Keterampilan PS adalah keterampilan yang dapat dikembangkan dengan belajar dan berlatih.


D. CARA MENGEMBANGKAN KEPERCAYAAN DIRI SAAT PUBLIC SPEAKING

Salah satu hal yang menjadi perhatian dari para pembicara adalah demam panggung. Seorang yang sangat lancar berbicara dalam percakapan sehari-hari bisa tiba-tiba menjadi ketakutan pada waktu harus berdiri dan berbicara di hadapan publik. 

Rasa gugup biasanya kita rasakan sebelum melakukan hal yang penting, termasuk saat kita harus melakukan public speaking. Demam panggung itu sendiri adalah perasaan yang normal.  Pada waktu kita stres atau tertekan, tubuh kita merespons dengan memproduksi hormon adrenalin yang berlebihan. 

Keluar keringat berlebih di bagian tubuh tertentu seperti telapak tangan, wajah, atau ketiak. Bila keringat yang berlebihan keluar di telapak tangan, kita bisa menggenggam tisu atau sapu tangan, tidak perlu menyeka tangan terlalu sering sampai terlihat oleh publik. 

Tangan menjadi gemetar. Demam panggung seperti ini terlihat publik. 

Lutut terasa lemas hingga terasa tidak sanggup menopang tubuh untuk berdiri. Hal ini biasanya terjadi karena kita terlalu banyak duduk sebelum bicara. Atasi dengan melakukan relaksasi fisik atau berjalan dan berdiri supaya lutut kita bisa menopang tubuh dengan baik.

Tenggorokan terasa tercekat sehingga suara menjadi parau, atau lebih buruk lagi: suara tidak bisa keluar. Pada waktu adrenalin menyembur, salah satu efek yang bisa terasa di sebagian orang adalah produksi lendir di tenggorokan meningkat. 

Perut terasa sakit dan seperti ingin buang air besar. Atasi dengan pola makan yang baik sebelum bicara. 

Ingin buang air kecil secara berlebihan. Bila hal ini terjadi, tetap tenang dan segera ke belakang.

Tidak bisa mengingat apa yang ingin disampaikan sekalipun sebelumnya sudah disiapkan. Atasi dengan membawa catatan atau menggunakan alat bantu visual seperti powerpoint. 

Demam panggung biasanya disebabkan rasa cemas yang muncul pada waktu public speaking. Hal yang dapat menyebabkan rasa cemas itu, antara lain:

1. Cemas topik dan informasi yang disampaikan tidak sesuai dengan harapan publik.

2. Cemas tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan publik. 

3. Cemas salah dalam penyampaian.

4. Cemas tampil buruk sehingga mempermalukan diri sendiri.

5. Cemas peralatan audio-visual tidak berfungsi dengan sempurna mengurangi kualitas penampilan bahkan sehingga mengacaukan segalanya.

Memanfaatkan kecemasan untuk menghasilkan presentasi yang luar biasa. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan dalam memanfaatkan kecemasan menjadi sebuah keuntungan buat kita.

Persiapan yang baik membuat kita bisa menyampaikan presentasi lebih baik. Jangan pernah hanya memiliki bahan apa adanya dan berbicara tanpa menguasai apa yang disampaikan. Kita dapat menggunakan formula 5W+1H dalam persiapan:

Who is my public? Pemahaman akan publik akan mempermudah kita dalam menyiapkan materi. 

What is my topic about? Tidak hanya mempelajari isi presentasi yang kita berikan, pelajari juga hal- hal yang berhubungan dengan materi untuk menambah wawasan. 

Why should I talk about it? Mengetahui alasan mengapa topik harus dibicarakan. 

When? Dengan mengetahui kapan kita bicara, kita dapat menyiapkan segala sesuatu sebelum waktunya. 

Where? Di mana saya bicara? 

How? Bagaimana membuat presentasi/pidato saya menarik? 

  • Gunakan alat bantu visual yang diperlukan guna mendukung presentasi secara keseluruhan dan berikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik membuat presentasi kita lebih mudah dimengerti. 
  • Lakukan latihan dengan baik.Kita dapat melakukan hal di bawah ini.
  • Latih cara menyampaikan, mulai dari pembukaan untuk mencairkan suasana, isi sampai penutup. 
  • Untuk hal-hal yang sulit sebaiknya dilatih dengan diucapkan, jangan hanya berlatih dalam benak. 
  • Latih cara menggunakan alat bantu visual yang akan digunakan
  • Latih sesi tanya-jawab. Pelajari segala pertanyaan yang mungkin terjadi dan latihlah bagaimana menjawabnya dengan sopan.
  • Gunakan kekuatan visualisasi diri
  • Ketahuilah bahwa grogi tidak terlihat
  • Lakukan yang terbaik, bukan sempurna
  • Jangan bandingkan diri dengan orang lain

Cara sederhana lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa cemas sebelum tampil bicara di maka umum, yaitu:

  • Tidur cukup.
  • Ambil nafas dalam, ini bermanfaat untuk menenangkan.
  • Lakukan kontak mata dengan publik
  • Konsentrasi pada apa yang ingin kita sampaikan daripada memikirkan rasa cemas.
  • Gunakan alat bantu visual yang menarik, paling tidak hal ini dapat membuat publik beralih ke visual aids sesaat dan tidak terus menerus menatap kita.
  • Usahakan santai atau melemaskan otot sebelum tampil. 


RANGKUMAN MATERI PUBLIC SPEAKING MODUL 1 KB 1

Public speaking adalah keterampilan yang bisa dipelajari. Keterampilan ini sangat diperlukan oleh setiap orang khususnya di kalangan bisnis. 

Public speaking adalah kemampuan berbicara di depan banyak orang, menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipercaya oleh publik pendengarnya. Keterampilan ini memiliki kekuatan untuk mengubah dunia kita dengan cara tanpa kekerasan. Keterampilan PS kita akan semakin baik bila kita semakin sering mengasahnya.

Persamaan public speaking dengan percakapan adalah sama-sama disusun mengikuti logika, sistematis, dan tahap demi tahap agar pesan dapat dimengerti. 

Persamaan lain adalah kita perlu menyesuaikan isi dan cara penyampaian pesan kita dengan rekan bicara atau publik kita. Dalam percakapan dan PS, pesan disampaikan dengan tujuan mendapatkan dampak positif dan maksimal, serta pembicara harus dapat menyesuaikan apa yang disampaikan dengan reaksi dari lawan bicara atau publiknya.

Perbedaan utama antara percakapan dengan public speaking, yaitu pesan yang disampaikan melalui public speaking lebih terstruktur, publik speaking menggunakan tata bahasa yang lebih formal dibandingkan percakapan dan pubile speaking, serta memerlukan metode yang berbeda dalam penyampaian dengan sikap tubuh yang lebih sopan supaya enak dilihat oleh publik.

Banyak orang yang merasa cemas pada waktu bicara di muka umum atau dikenal dengan istilah demam panggung. Perlu disadari demam panggung adalah hal yang wajar dan bisa diatasi. Demam panggung memang dapat memunculkan reaksi fisik, namun kita dapat menggunakan rasa cemas ini untuk memunculkan presentasi yang luar biasa. 

Misalnya dengan berpikir positif, mempersiapkan diri dengan formula 5W+1H, berlatih sebelumnya, dan menggunakan kekuatan visualisasi. Kita juga perlu menyadari bahwa demam panggung biasanya tidak terlihat oleh publik atau menyamakan diri dengan pembicara yang sudah ahli. Publik tidak pernah menuntut kita melakukan PS yang sempurna.

Ada beberapa aktivitas mental dan fisik yang dapat kita lakukan untuk membuat diri lebih santai sebelum PS, misalnya dengan menggunakan alat bantu visual, tidur cukup, atau melakukan gerakan- gerakan peregangan otot. Semakin sering kita berlatih public speaking dengan menggunakan setiap kesempatan yang ada, maka semakin percaya diri kita saat berbicara di muka umum.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Kegiatan Belajar 2

SEJARAH PUBLIC SPEAKING, BERAWAL DARI RETORIKA

Public speaking sebagai retorika, seni berbicara secara efektif, telah ada sejak awal peradaban manusia. 

William Hallo menelusuri bahwa retorika telah tercatat di Mesopotamia Kuno (yang sekarang menjadi lokasi negara Irak) sekitar 2285 tahun sebelum masehi (SM), dibuktikan dengan dokumentasi cerita mengenai para raja dan pendeta yang diukir di atas batu (Binkley & Lipson, 2004: 3).

Bukti lain keberadaan retorika juga dapat dilihat pada peninggalan Mesir Kuno, sekitar 2080 tahun sebelum masehi, berupa tulisan tentang aturan retorika (Hutto, 2002: 213). Aturan tersebut menyatakan bahwa "tahu kapan harus diam" adalah pengetahuan yang penting dalam retorika. Orang Mesir Kuno berpendapat bahwa menjaga keseimbangan antara kefasihan berbicara berbicara dengan kebijakan untuk diam adalah sebuah hal yang penting. 

Retorika juga dapat dilacak sampai ke Daratan Cina pada ajaran Konfusius, filsuf Cina yang ajarannya berkembang menjadi agama Konghucu, yang menekankan pentingnya kefasihan dalam berbicara.

Sejarah retorika yang paling terkenal praktik public speaking dalam bentuk retorika telah banyak diterapkan dalam masyarakat Yunani Kuno. Pada masa itu keputusan yang menyangkut masyarakat diambil dalam sebuah rapat besar yang dihadiri para warga polis, kota- kota di Yunani yang biasanya dikelilingi oleh tembok benteng. 


Kaum Sofis dan Retorika:

Kaum Sofis memiliki tiga kemampuan: berpidato di depan publik, menulis naskah pidato, dan mengajarkan cara melakukan retorika kepada orang lain. 

Beberapa guru retorika dari kaum Sofis mengaku mampu mengajarkan kemampuan menjadi pemimpin yang terdiri dari nilai-nilai positif, manajemen citra, dan pengembangan diri. Klaim ini dikritik oleh banyak orang Yunani masa itu karena mereka menganggap kualitas pemimpin adalah kualitas yang dimiliki sejak lahir atau karena pendidikan yang baik sejak lahir, hal yang biasanya dimiliki oleh kelompok bangsawan. 

Reaksi negatif terhadap kaum Sofis antara lain juga karena kaum Sofis mengajarkan retorika kepada siapa pun yang bersedia membayar mereka, tidak harus dari kelompok bangsawan, biasanya dengan harga yang mahal hingga kaum Sofis biasanya kaya raya. 

Terlepas dari kritik itu, kaum Sofis berjasa memopulerkan retorika sebagai keterampilan yang bisa dipelajari karena pada awalnya kemampuan retorika dianggap sebagai karunia dari para dewa dan tidak dapat dimiliki oleh semua orang. 

Kemampuan public speaking ini juga menjadikan kelas menengah secara ekonomi juga mampu berpartisipasi dalam politik, yang mendorong demokratisasi politik di Yunani Kuno, terutama di Athena, kota terbesar pada masa itu.


Para Guru Retorika Kaum Sofis

Guru dari kaum Sofis yang terkenal antara lain Gorgias (hidup sekitar 483-376 SM). Protagoras (481-420 SM), dan Isocrates (446-338 SM). 

Gorgias berpendapat bawa seorang pembicara retorika yang ahli dapat berbicara tentang topik apa pun secara meyakinkan, walau ia tidak memiliki banyak pengetahuan tentang topik tersebut. 

Gorgias sangat memperhatikan pemakaian bahasa dalam retorika. Ia percaya bahwa pemilihan kata tertentu yang diucapkan dengan cara tertentu akan sangat mempengaruhi publik pendengarnya. 

Protagoras tercatat sebagai orang pertama yang memungut bayaran untuk mengajar retorika. Ia memberikan landasan filosofi bagi praktik retorika pada masa itu. Protagoras percaya bahwa kebenaran adalah apa yang orang percayai, relatif bagi setiap orang. 

Protagoras mengajarkan bahwa argumen dalam retorika harus disusun secara sistematik, terlepas dari kebenaran di dalamnya, demi mencapai kemenangan retorika. 

Isocrates  (murid Socrates) mendirikan sekolah retorika pertama di Athena, kota terbesar pada masa Yunani Kuno. Isocrates berpendapat bahwa berbicara tentang topik yang luhur dan pertanyaan penting akan meningkatkan kualitas dari pembicara dan pendengarnya. 

Namun Plato, seorang filsuf besar pada masa itu, mengecam cara-cara yang dipakai para Sofis karena memanfaatkan cara berbicara yang kelihatan menarik dan meyakinkan, tanpa peduli terhadap kebenaran isinya. 

Bagi Plato, retorika hanyalah rayuan kosong yang menipu publik. Kecaman ini bergaung sampai sekarang saat kita mengatakan apa yang disampaikan seorang pengacara, politisi, pedagang atau siapa pun, tanpa memiliki kebenaran, sebagai "hanya retorika semata" (Griffin, 2003: 303). 

Ketidaksukaan Plato dan filsuf-filsuf Yunani Kuno, terutama di Athena, terhadap kaum Sofis juga disebabkan kecurigaan mereka akan moral para kaum Sofis. Karena kaum Sofis sering berkelana dari satu kota ke kota lain, mereka tahu bahwa kepercayaan orang dari satu kota berbeda dengan orang dari kota lain. 

Budaya, pernikahan, struktur sosial, bahkan sistem hukum setiap kota pertanyaan filosofi yang umum, sedang retorika ditujukan para masalah yang spesifik, bersifat praktis. Dialektika mencari kepastian akan kebenaran. sedang retorika memberikan kemungkinan-kemungkinan akan kebenaran. Jadi, retorika merupakan seni untuk mencari cara menampilkan suatu kebenaran pada publik.


B. PEMBUKTIAN RETORIKA

Pandangan Aristoteles tentang retorika tertuang dalam tiga buah buku. Buku pertama membahas tentang Pembicara, tentang apa yang harus dilakukan oleh Pembicara dalam retorika, terutama menyangkut kredibilitas Pembicara. 

Buku kedua membahas tentang Publik yang dipercayai Aristoteles sebagai unsur terpenting dalam retorika. Publiklah yang menentukan keberhasilan retorika. 

Buku ketiga menyangkut bagaimana hadir dalam retorika, apa yang terjadi dalam proses retorika tersebut.

Ada dua asumsi dasar dalam teori Retorika yang diajukan Aristoteles. Pertama, Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan publik mereka. Kedua, Pembicara yang efektif memanfaatkan beragam cara pembuktian dalam presentasi mereka. Aristoteles percaya bahwa retorika harus berisi bukti-bukti agar dapat diterima oleh publik. 

Terdapat tiga pembuktian yang dapat dipakai dalam retorika:

1. Logos atau logika. Pembuktian logika berisi argumen-argumen yang masuk akal, yang didapat dari penyimpulan fakta-fakta yang ada.

2. Ethos atau Etika: Pembicara juga harus terlihat memiliki kredibilitas. Kesan pertama publik terhadap pembicara tidak dimulai saat ia berbicara pertama kali, melainkan sebelumnya. Pembicara yang terlihat meyakinkan, memiliki kredibilitas, membuat efek argumen retorika semakin kuat. 

3. Pathos atau emosi. Retorika akan memiliki daya menggerakkan publik bila mampu menggugah emosi publik.

Aristoteles mengidentifikasi tiga sumber kredibilitas pembicara:

Kecerdasan. 

Pembicara yang terdengar cerdas atau tampak cerdas akan lebih memikat publik dibandingkan yang tidak. 

Karakter simpatik. Pembicara yang dipersepsikan sebagai orang yang baik dan jujur akan lebih dipercaya oleh publik. 


Niat baik. 

Aristoteles mengidentifikasi beberapa emosi yang bisa dimanfaatkan dalam retorika, antara lain (Griffin, 2003: 309):

Kemarahan.

Cinta atau persahabatan.

Ketakutan. 

Rasa malu.

Kejengkelan. 

Kekaguman. 


C. LIMA HUKUM RETORIKA

Kelima hukum tersebut terdiri dari:

 Penemuan (inventio).

Pengaturan/penyusunan (dispositio). 

Gaya (elucutio). 

Ingatan (memoria). 

Penyampaian (pronuntiatio) 


D. PERKEMBANGAN PUBLIC SPEAKING SETELAH ERA YUNANI KUNO

Perkembangan kebudayaan dan perdagangan Yunani Kuno menyebabkan pemikiran dan ajaran retorika ini menyebar ke berbagai penjuru kota-kota lainnya. Saat Romawi menjajah Yunani, pemikiran ini diadopsi oleh masyarakat Romawi dan disebarluaskan bersamaan dengan ekspansi kerajaan Romawi ke seluruh dunia, terutama Eropa.

Pada abad pertengahan (mengacu pada abad ke-5 sampai 15 di Eropa). retorika diajarkan di universitas-universitas di Eropa sebagai pelajaran pokok, bersama dengan logika dan struktur bahasa. Kebangkitan monarki Eropa menyebabkan kebebasan berbicara di depan publik berkurang. mendorong pemanfaatan retorika terbatas dalam upacara keagamaan serta penyebaran agama Kristen di Eropa. Retorika dipelajari oleh lembaga- lembaga agama karena keterampilan ini bermanfaat dalam menyebarluaskan ajaran agama ke berbagai wilayah.

Perkembangan seni dan budaya, serta sistem negara yang tidak demokratis, mendorong pemikiran atau ide dituangkan tidak dalam bentuk retorika tutur (seni berbicara lisan) seperti pidato politik, melainkan dalam bentuk tulisan berupa cerita, puisi, surat-surat korespondensi, atau bahkan lukisan. 

Struktur berpikir serta keterampilan memilih kata yang banyak dimanfaatkan dalam retorika lisan juga ternyata sangat bermanfaat bagi retorika tertulis pada abad pertengahan tersebut.

Perkembangan ilmu pengetahuan juga mendorong penggunaan retorika untuk menyebarkan ilmu tersebut. Namun berbeda dengan retorika klasik Yunani yang penuh gaya, retorika ilmu pengetahuan menggunakan bahasa yang lugas, menekankan pada fakta, serta tidak banyak memakai metafora. Keindahan retorika tidaklah penting, yang penting adalah isi keilmuannya.

Pada abad 18 dan 19, beragam klub debat dan diskusi bermunculan di Eropa dan di Amerika sehingga kemampuan berbicara di depan publik kembali berkembang di kalangan masyarakat awam, bukan hanya kaum bangsawan atau rohaniwan. 

Revolusi Kemerdekaan di Amerika Utara (berlangsung dari 1775 sampai 1777 yang menghasilkan negara Amerika Serikat) dan Revolusi Prancis di Eropa (berlangsung pada 1789-1799 mendorong berakhirnya bentuk kerajaan di Prancis) menginspirasi perubahan sistem politik di berbagai negara di Eropa dan Amerika. Pertumbuhan sistem politik demokrasi kembali mendorong berkembangnya praktik public speaking, seperti yang terjadi pada masa Yunani Kuno.

Mereka yang mempelajari public speaking pada masa itu kembali belajar tentang berbagai hukum retorika yang diidentifikasi Cicero dan tokoh retorika lainnya. Stadi terhadap public speaking mulai dilakukan di beberapa universitas terkenal, seperti Universitas Harvard di Amerika Serikat.

Pada abad 20 dan 21 retorika dan public speaking berkembang menjadi mata kuliah atau mata pelajaran yang diberikan di sekolah menengah atau di universitas. Prinsip-prinsip yang diajarkan sejak masa Yunani Kuno seperti ethos/etika, logos/logika, dan pathos/emosi masih diajarkan sampai sekarang. dengan penyesuaian dengan kondisi jaman. Reputasi public speaking semakin tumbuh setelah munculnya Ilmu Komunikasi yang diajarkan di berbagai universitas. Public speaking semakin berkembang dalam bidang pemasaran, periklanan, politik, dan literatur

Perkembangan media komunikasi saat ini juga menuntut penyesuaian dalam public speaking. Keberagaman budaya masyarakat dunia, kemudahan menjangkau orang-orang di bagian dunia mana pun, serta pertumbuhan teknologi mengubah wajah public speaking saat ini. Istilah publik dalam public speaking juga berkembang tidak hanya mengacu pada orang-orang yang kita temui secara langsung, dalam sebuah ruangan yang sama, seperti praktik public speaking konvensional. Publik dalam public speaking modern juga dapat meluas menjadi mereka yang mendengarkan pesan kita melalui media seperti radio, televisi, bahkan internet.

Saat melakukan public speaking dengan media radio, gerak tubuh tidaklah penting, yang penting adalah pilihan kata, intonasi, cepat-lambat pengucapan, dan sebagainya. Saat menggunakan media televisi pandangan mata menjadi penting. 

Publik yang menonton televisi ingin supaya pembicara sedang bercakap-cakap langsung dengan mereka. Karena itu, pembicara sering dianjurkan untuk memandang langsung ke kamera seakan sedang menatap mata orang ia ajak bicara, seperti yang sering kita lakukan dalam percakapan tatap muka. Internet memungkinkan PS yang kita lakukan dilihat oleh orang-orang dari berbagai belahan dunia tanpa dibatasi oleh waktu karena data PS kita terekam dalam ruang penyimpanan komputer.

Public speaking juga tidak lagi hanya terbatas pada komunikasi verbal menggunakan suara dan kata-kata, tapi juga melalui foto, tulisan, simbol, film, lukisan, bahkan arsitektur bangunan, yang sekarang dikenal sebagai retorika visual. Retorika visual sangat mengandalkan komunikasi nonverbal. 

Misalnya saja sebuah iklan minuman ringan menampilkan sekelompok remaja yang bermain sepeda, tertawa sambil meminum produk yang diiklankan. Imaji tersebut berusaha mempengaruhi kita bahwa bila kita meminum produk tersebut, kita akan sehat dan bahagia seperti pada remaja tersebut. 

Berbeda dengan desain grafis yang mementingkan keindahan sebuah karya grafis, retorika visual mementingkan pesan komunikasi yang hendak disampaikan oleh grafis tersebut. Kehadiran media internet sangat membantu penyebarluasan retorika visual tersebut karena kemampuannya menyalurkan data dalam bentuk tertulis maupun gambar, bahkan video. Terlepas dari bentuk simbol yang dipakai, mulai dari kata-kata hingga bentuk visual, public speaking terus berkembang menjadi sebuah keterampilan yang penting untuk dikuasai pada masa ini.


RANGKUMAN MATERI MODUL 1 PUBLIC SPEAKING UT EDISI 2

Sejarah public speaking dalam bentuk retorika dapat ditelusuri sampai 2285 SM pada masa Mesopotamia Kuno, Mesir Kuno, hingga China Kuno yang peradabannya menghargai kemampuan berbicara secara efektif. Namun dokumentasi sejarah retorika terlengkap di dapat pada masa Yunani Kuno. 

Di masa demokrasi awal di Yunani Kuno, retorika sangat dirasakan manfaatnya dalam pertemuan politik untuk mempengaruhi kebijakan, dalam pengadilan untuk mempengaruhi keputusan hakim, bahkan di tempat umum demi kemasyhuran pribadi.

Munculnya kelompok Sofis, guru retorika yang berkelana dari satu kota ke kota lain, menyebabkan retorika dipelajari secara lebih luas di masyarakat. Bila sebelumnya hanya kaum bangsawan yang dapat menguasai retorika, setelah adanya guru retorika siapa pun yang bisa membayar dapat belajar retorika. 

Guru Sofis yang terkenal, Gorgias, yakin bahwa pembicara yang sungguh ahli dapat berbicara tentang topik apa pun secara meyakinkan, terutama melalui pemilihan kata-kata dan cara penyampaian yang memesona. Isocrates, guru Sofis yang lain, percaya bahwa praktik retorika dapat membawa perubahan politik yang meningkatkan kualitas masyarakat.

Plato mengecam para Sofis karena tidak memedulikan isi retorika yang mereka sampaikan. Bagi Plato, retorika hanyalah kata-kata memesona yang hampa. 

Aristoteles juga tidak setuju dengan retorika yang tidak mengandung kebenaran, tapi ia dapat melihat bahwa retorika sebenarnya sebuah cara persuasi yang sangat kuat yang bisa membawa kemaslahatan pada masyarakat. Syaratnya, harus ada etika yang kuat dari pembicara. Bagi Aristoteles persuasi harus dilakukan dengan retorika, bukan dengan saap, ancaman, atau siksaan seperti praktik yang lazim pada masa itu. 

Aristoteles bahkan menyusun tulisan tentang retorika yang diterbitkan menjadi tiga buku: tentang Pembicara, tentang Publik, dan tentang kehadiran dalam retorika. Dari ketiganya, publik adalah elemen terpenting.

Aristoteles merumuskan tiga cara pembuktian yang harus dipakai pembicara retorika, yaitu logos/logika yang menyangkut argument factual, ethosfetika yang menyangkut kredibilitas pembicara (dapat bersumber dari kecerdasan, karakter simpatik, dan niat baik), serta pathos emosi menyangkut kemampuan menggugah emosi publik. Aristoteles bahkan mengidentifikasi beberapa emosi dasar yang dapat dimanfaatkan dalam retorika: marah, cinta, takut, malu, jengkel, dan kagum. Kita dapat melihat bahwa pemikiran Aristoteles masih relevan sampai sekarang.

Ajaran Aristoteles juga berpengaruh terhadap Cicero, seorang orator terkenal pada masa Yunani Kuno. Cicero percaya bahwa seorang orator harus memiliki pengetahuan yang komprehensif, tidak hanya menyangkut topik retorikanya tapi juga situasi publik yang dihadapinya. 

Cicero merumuskan lima hukum retorika (the five canons of rhetoric) yang masih dipelajari hingga kini. Hukum pertama adalah Inventiolpenemuan yaitu tahap merumuskan tujuan sesuai kebutuhan publik dan merumuskan argument-argument. Hukum kedua disposition/penyusunan adalah tahap mengatur argumen agar dipahami oleh publik dalam tiga bagian: introduksi, isi, dan kesimpulan.

Hukum ketiga adalah elucutiofgaya menyangkut cara menyampaikan retorika, seperti pilihan bahasa sesuai dengan publik. Hukum keempat memorialingatan mengacu pada pendapat Aristoteles bahwa pembicara harus menghafal isi retorikanya. 

Pada masa sekarang hukum ini dikembangkan menjadi keharusan bagi pembicara memiliki pengetahuan cukup tentang topik yang ia bawakan. Hukum terakhir adalah pronuntiatio/penyampaian mengacu pada presentasi materi secara nonverbal seperti nada suara, raut wajah, dan sebagainya.

Setelah kejayaan masa Yunani Kuno berakhir, retorika tetap berkembang melalui imperialisme Romawi, terutama ke Eropa. Saat agama memegang peranan penting dalam negara dan berkembangnya sistem monarki, retorika lebih banyak dipakai dalam upacara dan penyebaran agama. 

Setelah kebangkitan ilmu pengetahuan, retorika banyak dipakai untuk menyebarluaskan ilmu walau dengan cara yang lebih lugas, tidak sebergaya retorika klasik Yunani.

Retorika kembali dipelajari oleh masyarakat awam setelah sistem demokrasi di banyak negara tumbuh, terutama di Eropa dan di Amerika. Retorika dan public speaking menjadi pelajaran di banyak sekolah menengah dan universitas, terutama setelah munculnya Ilmu Komunikasi.

Perkembangan publik di abad 21 ini masih berlangsung hingga tidak lagi terbatas pada retorika dengan kata-kata, tapi juga retorika visual melalui simbol-simbol lain seperti foto, film, atau arsitektur bangunan. Kemampuan persuasi public speaking membuatnya tetap dipelajari orang hingga sekarang. 

Sampai abad 21 kita masih bisa menemukan banyak tokoh yang berhasil mengubah dunia berkat kemampuan retorika mereka seperti Winston Churchill, John F. Kennedy, Charles de Gaulle, Martin Luther King Junior, Mahatma Gandhi, dan Sukamo.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Modul 2

Kegiatan Belajar 1 – Elemen-elemen Public Speaking

Elemen utama public speaking serupa dengan elemen-elemen dalam proses komunikasi, yang selalu melihatkan manusia dan interaksi antarmanusia. 

Dengan menggunakan model komunikasi transaksional kita dapat melihat bahwa proses pengiriman dan penerimaan pesan berlangsung secara bersamaan dan terus-menerus. Elemen komunikasi dalam model transaksional ini adalah: komunikator 1 (sender), komunikator 2 (receiver), pesan, umpan balik, gangguan, dan konteks; yang juga menjadi elemen-elemen public speaking, di mana komunikator 1 adalah Pembicara dan komunikator 2 adalah Publik.

Beberapa hal penting yang harus dimiliki Pembicara public speaking adalah kredibilitas pribadi, pengetahuan akan subyek yang dibawakan, dan antusiasme. 

Antusiasme adalah hal terpenting yang harus dimiliki Pembicara untuk membuat publik tertarik dengan apa yang kita sampaikan. 

Kredibilitas pribadi Pembicara akan mempengaruhi apakah publik mempercayai apa yang disampaikan Pembicara atau tidak. 

Sedang pengetahuan akan mempengaruhi kedalaman pembicaraan serta sangat membantu dalam sesi tanya jawab dengan publik.

Publik adalah elemen terpenting dalam public speaking. Setiap individu publik memiliki kerangka acuan, misalnya bahasa, yang akan mempengaruhi pemaknaan pesan yang ia terima. Pembicara perlu menghubungkan pesan yang disampaikan dengan kerangka acuan publik agar pesan dapat diterima publik sebagaimana yang Pembicara inginkan.

Pesan sebagai isi public speaking disampaikan dengan cara verbal dan nonverbal. Porsi terbesar dari pesan justru disampaikan secara nonverbal. Pesan verbal adalah pilihan kata atau bahasa yang kita pakai, sedang pesan nonverbal dapat berupa intonasi kata, volume suara, mimik wajah, kontak mata, dan sikap tubuh.

Umpan balik publik juga dapat disampaikan secara verbal, seperti tawa saat mendengar lelucon, dan secara nonverbal, berupa anggukan kepala atau tubuh mencondong ke depan. Pembicara perlu mengasah sensitivitas dalam "membaca" umpan balik nonverbal publiknya.

Gangguan akan menghalangi atau mengubah pengiriman dan penerimaan pesan dalam public speaking. Gangguan dapat berasal dalam diri Pembicara, seperti rasa berduka karena ada keluarga dekat yang meninggal, atau publik seperti rasa lelah atau kantuk. Gangguan dari luar misalnya lampu yang redup atau bunyi telepon seluler di tengah-tengah pembicaraan. Gangguan semantik terjadi karena pemilihan kata oleh Pembicara yang tidak dipahami atau dimaknai berbeda oleh publik.

Konteks adalah waktu dan tempat public speaking dilakukan. Konteks dapat mengganggu proses public speaking namun juga dapat mendukung proses. Konteks dapat berupa situasi fisik, historis, psikologis, dan budaya. Konteks fisik misalnya luas ruangan atau udara panas. Konteks historis menyangkut peristiwa yang terjadi sebelum public speaking dilakukan. Konteks psikologis menyangkut perasaan, sikap atau kepercayaan Pembicara dan publik sebagai individu. Sedang konteks budaya menyangkut kepercayaan dan nilai kelompok pada publik.

Keterampilan lain yang akan sangat mendukung keberhasilan public speaking adalah keterampilan mendengarkan (listening), untuk memperhatikan dan memahami apa yang kita dengar. Namun kegiatan mendengarkan membutuhkan usaha dan kemauan keras. Untuk mempermudah publik mendengarkan isi public speaking, kita dapat melakukan beberapa hal ini: menceritakan pengalaman pribadi supaya publik merasa dekat dengan Pembicara, mengatur kecepatan berbicara, berusaha menarik perhatian di awal presentasi, dan menggunakan alat bantu visual secara efektif.


Kegiatan Belajar 2 – Etika dalam Public Speaking

Etika berhubungan dengan hal-hal benar dan salah dalam hubungan antar manusia, berhubungan dengan nilai moral. Untuk itu seorang pembicara yang bertanggung jawab adalah seorang yang memperhatikan hal etika pada waktu berbicara. Seorang pembicara yang beretika akan mempersiapkan materi dan menyampaikannya dengan sangat baik. 

Selain itu bila ia memperoleh atau menggunakan data yang berasal dari sumber tertentu, maka seorang pembicara yang jujur akan mencantumkan sumber datanya untuk menghindari terjadinya plagiat.

Selain itu seorang pembicara juga harus memperhatikan etika dalam berinteraksi dengan pihak pengundang dan dengan publik. Pembicara yang profesional tidak cukup hanya memiliki keterampilan public speaking, tapi juga perlu memiliki etika kepribadian. Di mana kita harus memiliki kepribadian, sikap dan prilaku yang positif, selain itu juga mampu menampilkan diri secara profesional disesuaikan dengan acara dan siapa yang dihadapi.


Ringkasan Public Speaking Modul 3

Kegiatan Belajar 1 – Eksplorasi Ide / Gagasan

Kita dapat membayangkan diri kita sedang bercerita pada seorang teman saat memulai melakukan PS. Pilih beberapa ide atau pokok pikiran yang ingin kita sampaikan, jangan terlalu banyak, agar apa yang ingin kita sampaikan cukup fokus. Sebuah PS akan terdiri dari tiga bagian: pembukaan, isi, dan kesimpulan. Tugas kita pada bagian pembukaan adalah menarik perhatian dan minat publik. 

Hal tersebut dapat dicapai dengan mengajukan pertanyaan yang menarik, pernyataan mister, melakukan pertunjukan, atau hanya dengan salam sederhana. Pada bagian isi kita menyampaikan pokok pikiran sesuai dengan judul atau tema pembicaraan kita. Jangan lupakan fokus pembicaraan kita. Pada bagian penutup, kita dapat menyimpulkan isi PS, menjawab misteri yang dilontarkan di Pembukaan, atau cukup dengan salam penutup sederhana.

Kita dapat berlatih menyampaikan PS dengan beberapa cara sederhana. Misalnya, dengan berlatih dengan suara keras hingga kita dapat mendengar suara kita sendiri dengan jelas. Dengan demikian kita dapat mengasah cara kita men-"suara"-kan PS kita: jelas, ekspresif, cepat, lambat, dan sebagainya.

 Cara lain adalah berlatih di depan cermin sehingga kita dapat melihat bahasa tubuh kita saat menyampaikan PS. Berlatih di hadapan teman dan meminta komentarnya, atau merekam latihan kita melalui kamera video agar dapat kita analisis, juga menjadi cara untuk melatih cara menyampaikan PS.

Agar dapat menyusun kalimat dengan baik, kita dapat memulai dari satu ide utama lalu menggali ide-ide lain yang berkaitan dengan ide utama tersebut. Lalu kita merangkai berbagai ide tersebut. Perlu diingat bahwa kita jangan melompat-lompat saat menyampaikan ide, melainkan mengalir hingga mudah dipahami. Membuat sebuah pota pikiran, yaitu peta tentang  bagaimana ide-ide di kepala kita saling berhubungan, dapat membantu proses menyusun PS.


Kegiatan Belajar 2 – Memilih Topik

Mengetahui topik apa yang ingin disampaikan merupakan langkah awal bagi seorang pembicara untuk membuat materi pidato atau presentasinya. Memilih topik tidak harus selalu topik yang kita ketahui atau sudah kita kuasai. Bila topik yang ingin disampaikan kurang kita kuasai, kita dapat mencari informasi melalui beragam media: internet, kamus atau ensiklopedia, melakukan brainstorming dengan mengelompokkan berbagai kategori topik, atau bertanya pada ahlinya.

Baca juga: 5 Hukum Retorika Menurut Pemikiran Aristoteles

Setelah memilih topik, kita perlu menetapkan tujuan umum berbicara. Biasanya tujuan umum dibagi dua, yaitu tujuan untuk menginformasikan dan mempersuasi. Bila tujuan untuk menginfor- masikan, pembicara lebih banyak memaparkan data. Untuk tujuan mempersuasi cara penyampaian untuk memenangkan publik melakukan apa yang kita sampaikan.

Selanjutnya kita menetapkan tujuan spesifik dari PS agar dapat disampaikan secara lebih fokus. Pada waktu menetapkan tujuan spesifik ini pertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan publik, seperti: apakah topik spesifik yang disampaikan menarik bagi publik? Apakah sesuai dengan kebutuhannya? Apakah diperlukan? Apakah bermanfaat? Apakah dapat mudah dimengerti? Bila jawabannya tidak, sementara materi perlu disampaikan, pembicara harus membuat publik merasa tertarik, membutuhkan, atau menganggap bahwa materi kita bermanfaat bagi mereka.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Modul 4

Kegiatan Belajar 1 – Analisis Publik

Seorang pembicara yang baik adalah yang audience-centered. Mereka mengetahui bahwa tujuannya berbicara adalah untuk mendapat respons positif dari pendengar. Pada waktu mempersiapkan dan melakukan public speaking, yang harus tetap ada di pikiran kita adalah: untuk siapa kita berbicara; apa yang harus publik ketahui, percaya dan lakukan sebagai hasil presentasi atau pidato ini; serta bagaimana cara yang paling efektif untuk menyampaikannya.

Banyak hal yang perlu dilakukan, yang cukup memakan waktu, untuk mempersiapkan sebuah materi yang baik. Namun itulah tanggung jawab seorang pembicara. Dengan mengetahui siapa publik, kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan rasa malu, sekaligus meningkatkan kepercayaan diri waktu bicara karena mendapat respons positif dari publik hingga akhirnya dapat memantapkan kredibilitas diri di mata publik.

Latihan adalah cara terbaik untuk membuat kita lebih baik dan percaya diri dalam melakukan PS, termasuk antisipasi pertanyaan- pertanyaan yang mungkin diajukan dan bagaimana cara menjawabnya. Perhatikan respons publik pada waktu kita bicara untuk mengetahui bagaimana reaksi mereka terhadap kita. Pada awalnya mungkin sulit tapi, dengan banyak latihan dan persiapan yang baik, kita akan melihat hasilnya yang memuaskan.


Kegiatan Belajar 2  - Menjawab Pertanyaan Publik

Sesi tanya jawab merupakan bagian dari rangkaian public speaking. Dalam presentasi bisnis, ceramah, seminar, workshop, belajar di kelas, rapat, diskusi dan kegiatan public speaking lainnya biasanya disediakan sesi khusus untuk tanya-jawab atau diberi kesempatan setiap saat publik boleh melakukan interupsi untuk bertanya. Cara publik bertanya berbeda-beda demikian juga dengan tujuannya bertanya. Persiapan yang baik, pemahaman dan penguasaan atas materi yang disampaikan membuat kita dapat menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan dengan sangat baik.

Persiapan yang baik mencakup materi dan segala hal yang berhubungan dengan presentasi, dan hal-hal yang berhubungan dengan diri kita, seperti sikap, mental, dan penampilan. Menjaga emosi dan mengontrol suara serta tata bahasa kita pada waktu menjawab pertanyaan sangat diperlukan. Karena itu, lakukan konsentrasi terbuka. Bila ada sikap publik maupun pertanyaan yang membuat kita tidak nyaman, tetap tenang dan jawablah setiap pertanyaan dengan baik.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Modul 5

Kegiatan Belajar 1 – Mencari data

Beragam jalan dapat ditempuh untuk mengumpulkan data yang kita perlukan dalam PS. Cara termudah dan tercepat adalah dengan mengandalkan pengetahuan dan pengalaman yang telah kita miliki. Kita dapat menggali banyak cerita dari diri kita sendiri. 

Sumber data yang satu ini terutama sangat bermanfaat bila materi PS yang kita pilih memang telah kita kuasai. Seperti saat atlet diminta berbicara tentang olahraga yang ia tekuni, seorang seniman menjelaskan tentang karya- karya yang telah ia ciptakan, atau saat kita bercerita tentang orang-orang yang telah kita kenal."

Mencari data dari jalur "konvensional" dan jalur internet juga dapat menjadi pilihan bila materi PS yang kita pilih belum kita kuasai. Perpustakaan, buku teks, surat kabar, majalah, dan jurnal ilmiah dapat menjadi tempat yang kita tuju untuk mencari lebih lanjut materi PS kita. Perkembangan teknologi juga memberi akses ke internet yang memungkinkan kita mencari materi PS ke berbagai belahan dunia melalui keyboard komputer kita. Tetap jaga sikap kritis saat mencari data melalui internet: perhatikan kredibilitas penulis, aktualitas data, serta objektivitas penyajian data.

Mewawancarai ahli juga dapat menjadi alternatif memperdalam materi PS kita. Seorang ahli dapat memberikan informasi yang lebih dalam dan aktual tentang topik yang dikuasainya, termasuk juga analisis- analisis terhadap informasi tersebut. Dalam melakukan wawancara terdapat hal-hal yang harus kita lakukan dalam tahap persiapan, pelaksanaan, dan setelah wawancara.

Berilah waktu yang cukup bagi diri kita untuk mencari data dari beragam sumber tersebut hingga kita bisa memperoleh kedalaman data yang cukup dengan ritme kerja yang nyaman bagi diri kita sendiri. Jangan lupa untuk selalu mencantumkan dan menyebutkan referensi yang kita pakai dalam materi PS tersebut supaya terbebas dari tuduhan plagiarisme sekaligus meningkatkan kredibilitas kita sebagai pembicara. 

Mencari data bagi materi PS dari beragam sumber seperti melakukan penelitian kecil yang terus berkembang setiap kali ada temuan baru. Bukalah terus pikiran kita hingga dapat membuat alur PS yang terbaik sesuai dengan temuan-temuan yang telah kita dapatkan.


Kegiatan Belajar 2

Dalam PS yang bertujuan memberi informasi atau persuasi, pemanfaatan data berupa contoh, statistik, atau kesaksian akan sangat bermanfaat. Ketiga hal tersebut dapat dipakai bersamaan atau satu persatu dalam PS kita.

Pemberian contoh dapat dipakai untuk mencapai tiga tujuan: menjelaskan ide kita, menegaskan ide kita, dan mendekatkan ide kita dengan pengalaman atau perasaan publik kita. Yang penting dalam memberi contoh kita perlu menceritakannya dengan jelas dan rinci, serta kita perlu berlatih hingga dapat menyampaikan seperti kita sedang bercerita pada seorang teman.

Penggunaan statistik yang tepat juga dapat memperkuat PS kita. Untuk itu, kita perlu memastikan apakah statistik yang kita pakai mewakili populasi atau dapat digeneralisasi, diperoleh dengan cara yang tepat, dan berasal dari sumber yang dapat diandalkan. 

Statistik dapat kita pakai untuk menguantifikasi ide kita namun gunakan secukupnya. jangan berlebihan mengutip beragam angka, yang justru dapat membuat publik kita pulas. Kita juga perlu menyebutkan dengan jelas sumber statistik tersebut. Penggunaan alat bantu visual juga bisa membantu. Jangan lupa menjelaskan cara menginterpretasikan statistik yang kita pakai. Kita dapat membantu publik dengan menyederhanakan statistik yang rumit hingga lebih mudah dipahami.

Data juga dapat diperoleh dari kesaksian orang lain, bisa seorang yang ahli dalam topik PS kita, atau justru orang awam yang memiliki pengalaman yang dapat dibagi ke publik kita. Kesaksian dapat kita pakai dalam PS dalam bentuk kutipan langsung atau parafrase, tergantung kebutuhan kita. 

Perlu diingat bahwa dalam menggunakan kesaksian kita harus mengutip atau memparafrase secara akurat, mengambil kesaksian dari sumber yang dapat dipercaya, serta mengidentifikasi orang yang memberi kesaksian tersebut, dengan menyebutkan nama dan relevansinya dengan topik yang kita angkat. 

Cara menyebutkan sumber data dalam PS berbeda dengan cara menulis referensi dalam tulisan, kita hanya perlu menyebutkan nama orang/buku/organisasi/sumber data lainnya, tanpa detail halaman, tahun, atau penerbit seperti pada bentuk tulisan.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Modul 6

Kegiatan Belajar 1 – Struktur dan Isi Public Speaking

Penyusunan materi yang baik sangat membantu pembicara untuk dapat menyampaikan materi dengan baik. Publik pun dapat mendengarkan dengan nyaman dan lebih mudah mengerti sehingga tujuan PS dapat tercapai. Persiapan penyusunan materi yang baik tentunya membutuhkan waktu yang tidak sedikit

Setelah mengorganisasikan dan membuat materi, pembicara harus mempelajarinya dengan seksama karena pengetahuan dan pemahaman tentang materi yang disampaikan sangat mempengaruhi kepercayaan diri. Langkah yang harus dilakukan sebelum presentasi adalah: menentukan topik, menentukan inti atau pokok-pokok penting yang ingin disampaikan pada publik, pilih ilustrasi atau contoh yang akan digunakan untuk menjelaskan pokok-pokok penting tersebut, rencanakan konklusi atau kesimpulan yang ingin disampaikan, dan yang terakhir, tentukan dan tuliskan kata pembuka.

Struktur public speaking terdiri dari tiga bagian besar: pembukaan, isi, dan penutup. Pada pembukaan kita memberikan salam pembukaan. menyampaikan judul atau topik PS, serta memberikan agenda PS kita. Lalu pada bagian isi kita menyampaikan pokok utama disertai ilustrasi atau contoh. Jumlah pokok utama sebaiknya maksimal empat pokok supaya mudah diingat oleh publik kita. Lalu PS diakhiri dengan penutup. saat kita memberikan ringkasan PS, menyampaikan harapan kita, serta memberikan salam penutup.


Kegiatan Belajar 2 – Pembukaan Public Speaking

Bagian pembuka PS menjadi bagian yang perlu disiapkan karena bagian ini menjadi penarik bagi publik untuk mengikuti PS kita lebih lanjut. Kesan pertama yang 'menggoda' akan membuat publik antusias mengikuti keseluruhan PS yang kita sampaikan. 

Bagian pembuka terdiri dari: salam pembuka (bisa dilengkapi dengan memperkenalkan diri). menyampaikan topik dan/atau judul yang ingin disampaikan, serta menyampaikan agenda. Salam pembuka dapat dilakukan dengan mengucapkan selamat pagi/siang/sore/malam sesuai waktu dilaksanakannya PS serta perkenalan diri kita bila panitia atau pembawa acara belum memperkenalkan kita.

Kita juga dapat menggunakan pendekatan untuk mencairkan suasana atau ice breaking di bagian pembuka. Tujuan ice breaking adalah untuk membuat suasana tidak terlalu kaku, mendekatkan hubungan pembicara dengan publik, menarik perhatian, menyegarkan suasana, dan lainnya. Ice breaking dapat berbentuk penyataan yang mencengangkan atau dramatis, humor, cerita, pemutaran film, menyanyikan lagu bersama, bahkan memberikan misteri yang dijawab di akhir PS.


Ringkasan Public Speaking SKOM4312 Modul  7

KB 1 – Menyiapkan Alat Bantu Visual

Alat bantu visual yang baik akan sangat membantu pembicara untuk menyampaikan pesan kepada publik dengan lebih mudah dan menarik, juga agar pesan lebih mudah dimengerti oleh publik. Untuk itu, alat bantu visual harus dibuat dan digunakan secara efektif. 

Berbagai bentuk alat bantu visual yang dapat digunakan, mulai dari materi cetak, flipchart, whiteboard, televisi, laptop, LCD, panaboard, dan alat bantu multimedia lainnya, harus disesuaikan dengan jumlah publik yang hadir dan besar kecilnya ruangan. Pembuatan slides untuk alat bantu visual yang efektif juga perlu memperhatikan berbagai aspek, seperti bentuk huruf yang dipakai, kepadatan isi, warna, gambar, film, animasi, dan tata letak.


Kegiatan Belajar 2

Banyak bentuk alat bantu visual yang dapat digunakan. Pilihlah yang terbaik dan paling sesuai untuk materi yang akan disampaikan. Tiap alat bantu visual mempunyai ciri, kelebihan dan kelemahannya sendiri. 

Gambar lebih mudah diingat oleh publik, termasuk juga grafik atau pie chart yang dapat mengilustrasikan angka-angka dengan jelas dan mudah dimengerti. Demikian juga dengan film dan video klip. Mengombinasikan berbagai alat bantu visual dalam satu presentasi atau menggunakan multimedia, dapat membuat presentasi menjadi lebih menarik dan profesional.

Saat membuat alat bantu visual dengan program di komputer, seperti powerpoint dan sejenisnya, batasi pemakaian tulisan. Bila dibutuhkan, tulislah dengan huruf yang mudah dibaca dan ukuran yang cukup besar sehingga mudah dibaca oleh publik. 

Baca juga: Perkembangan Public Speaking Setelah Era Yunani Kuno

Apapun alat bantu visual yang dipakai, gunakanlah seefektif mungkin. Persiapkan dengan baik, tidak ada hasil yang baik bila dikerjakan dengan seadanya saja. Pelajari materi yang akan disampaikan, kuasai isi materi, dan latihan bagaimana cara mempresentasikannya dengan baik agar dapat menyampaikan presentasi dengan lancar. Bagaimanapun, kunci dari setiap public speaking adalah latihan.


Rangkuman Public Speaking SKOM4312 Modul 8

Kegiatan Belajar 1 – Bahasa Verbal dan Non Verbal

Dalam komunikasi ada yang disebut bahasa verbal dan bahasa nonverbal, demikian juga halnya dalam public speaking. Bahasa verbal yaitu tata bahasa yang digunakan untuk mengomunikasikan ide dan pesan yang akan disampaikan. 

Bagian verbal ini mengambil hanya 7% dari total aspek komunikasi. Sementara bahasa nonverbal mengambil sisa dari total aspek komunikasi, yaitu 93%. Bahasa nonverbal terdiri dari apa yang dapat terlihat oleh publik, biasa disebut faktor visual dan yang terdengar melalui suara kita, disebut vokal atau voice.

Bahasa verbal, sekalipun hanya mengambil 7% dari total aspek komunikasi, bukan berarti tidak penting untuk kita perhatikan. Kita tetap harus memperhatikan tata bahasa yang digunakan pada waktu bicara agar publik mudah mengerti apa yang kita sampaikan dan pesan dapat diterima sesuai dengan pesannya, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman komunikasi. Selain itu, tata bahasa yang baik mencerminkan profesionalisme dan pemahaman kita mengenai etiket dan sopan-santun.

Bahasa nonverbal visual mengambil perhatian paling banyak dari semua aspek dalam komunikasi, khususnya public speaking. Bahasa nonverbal dalam kegiatan belajar ini terbagi dari dua bagian, yaitu bahasa tubuh (body language) dan penampilan.


Kegiatan Belajar 2 – Menyampaikan Materi Berbicara di Depan Publik

Dalam komunikasi terdapat bahasa verbal dan bahasa nonverbal, demikian juga halnya dalam public speaking. Bahasa verbal yaitu tata bahasa yang digunakan untuk mengomunikasikan ide dan pesan yang akan disampaikan; bagian verbal ini mengambil 7% dari total aspek komunikasi. 

Sementara bahasa nonverbal mengambil sisa dari total aspek komunikasi, yaitu 93%. Bahasa nonverbal terdiri dari apa yang dapat terlihat oleh publik, biasa disebut faktor visual dan yang terdengar melalui suara kita, disebut vocal atau voice.

Tata bahasa yang digunakan atau verbal saat bicara harus baik agar publik mudah mengerti apa yang disampaikan. Selain itu, tata bahasa yang baik mencerminkan profesionalisme dan pemahaman kita mengenai etiket dan sopan santun. Tata bahasa yang digunakan menunjukkan tingkat penghargaan kita pada publik.

Seorang pembicara publik harus memiliki kualitas suara (faktor nonverbal) yang baik agar dapat menyampaikan pesan dengan tepat sesuai dengan isi dan makna dari kata-kata yang disampaikan. Faktor nonverbal lainnya adalah penampilan. Saat melakukan public speaking. penampilan disesuaikan dengan siapa publik yang hadir, tempat dan acaranya. Penampilan juga mencerminkan profesionalisme dan penghargaan kita pada publik.


Demikian rangkuman singkat terkait isi BMP Public Speaking Edisi 2 UT  atau SKOM4312 modul 1- 8. 

Baca juga:Rangkuman Teknik Mencari dan Menulis Berita UT (SKOM4330) Edisi 3


0 Response to "Ringkasan BMP Public Speaking Edisi 2 UT Modul 1 - Modul 8 (SKOM4312)"

Posting Komentar